Thursday, November 11, 2010

Sebuah catatan kecil

by Ahmad Fakhroni on Saturday, March 13, 2010 at 2:14am

Kamis, 05 Juni 2008

Malam jum'at di musim panas ini terasa begitu berbeda. Sejak menjelang maghrib tadi, entah siapa yang sedang berbincang-bincang dengan intuisi gw ini. Hal yang menjadi renungan adalah daya nalar ilmiah dan kematangan intelektual.

Jenjang pendidikan akademis yang dilalui seseorang sesungguhnya adalah tahapan yang harus dilalui untuk mencapai nalar ilmiah yang baik dan benar serta kematangan intelejensia.

Namun, semua yang bisa dicapai lewat proses tersebut sesungguhnya hanyalah sebatas dzonni semata. Bukan merupakan sebuah hakikat nyata yang tidak bisa dibantah ataupun digoyahkan dengan teori-teori ilmiah yang berbeda.

Ketika seseorang, dengan daya nalar ilmiah yang baik dan benar serta memiliki kadar intelejensia yang cukup mumpuni memasuki sebuah perjalanan menuju hakikat kebenaran sejati, dia akan mendapati sebagian –atau mungkin seluruh- penalaran yang dia miliki hanyalah imajinasi pemikirannya yang semu belaka.

Seorang yang telah berdiri di depan gerbang hakikat lalu masuk ke dalamnya melalui jalur yang pernah diajarkan oleh Sang Mahaguru spiritual umat ini, niscaya mendapati bahwa semua teori dan ilmu pengetahuan yang berhasil dicapai manusia, tidak lebih dari setitik air di tengah samudera pengetahuan milik Sang Pencipta.

Ternyata, secara ga sadar gw pernah berdiri pada titik itu. Titik dimana tak ada lagi batas antara gw dan kerajaan Allah. Sayangnya, ketika berada di titik itu, daya nalar ilmiah gw belum baik dan benar, kapasitas intelejensia gw ga cukup bagus untuk menyerap hakikat ilmu itu. Sebenarnya hal itu ga akan jadi masalah klo aja ketika sampai dititik itu gw ga terombang-ambing. Klo aja ketika sampai di titik itu gw berada dibawah bimbingan guru yang telah menyerap tuntas bimbingan sang mahaguru.

Yah.. langkah yang gw ambil saat itu udah benar. Gw memutuskan untuk kembali ke alam kesadaran ilmiah. Alam budaya berpikir manusiawi, meskipun kemudian keadaan gw di alam nasuut ini ga lebih baik, dalam arti : dalam usia belia dan miskin ilmu serta fakir pengetahuan ini, gw tetap terombang-ambing.

Dan sosok muda yang tergambar ketika gw masuk mohon bimbingan sang guru, sambil membawa obor dan berteriak keras, "ini untuk yang masih cinta dunia", setelah gw pikir, dia tak lain adalah bagian termurni dari jiwa gw, yang berusaha berkata pada jiwa hitamnya, bahwa dunia tak ada artinya didalam samudera kekayaanNya. Klo gw masuk menghadap sang guru untuk dibimbing menuju hakikatNya sementara hati gw masih penuh dengan kecintaan terhadap duniawi, materi dan sebagainya, maka kobaran apilah tempat yang paling tepat buat gw.

Sekali lagi (walhamdulillah ) langkah yang gw pilih untuk mensucikan jiwa di padang hijau tempat gw mendengar khutbah jum'at tidak dalam bahasa ibu, adalah sebuah langkah yang tepat. Sebuah pilihan yang tentu saja tidak pernah lepas dari hidayahNya. Inikah makna " اجتباه ربه فجعله من الصالحين " ?? Kuserahkan semua takdir hidup matiku hanya padaMu ya Robb.

Dan kini (walhamdulillah tsummalhamdulillah) gw udah berada di tempat yang tepat untuk mulai membangun semua hal yang perlu dimiliki sebelum menempuh kembali perjalanan menuju kerajaanNya. Dibawah payung Al-Azhar As-Syarif inilah gw mulai membangun kemantapan aqidah, keluhuran akhlak, kedalaman spiritual, kematangan intelektual, daya nalar ilmiah yang baik dan benar, dan kehidupan duniawi ukhrawi yang penuh kebahagiaan dan kemuliaan. Dibawah naungan lembaga islam tertua dan terbesar inilah gw berjuang. Semuanya adalah demi mempersiapkan diri menuju perjalanan ruhani. Perjalanan gw menempuh hakikat diciptakannya diri gw, sebagai bagian dari keluargaNya, Insya Allah birahmatihi wattaufiq wal fadhilah..

Di sini, di Al-Azhar ini gw menjalani kehidupan untuk meraih semua bekal. Klo Dia mengizinkan maka gw akan terus berusaha mencapai taraf kemapanan intelektual tertinggi di Universitas ini. Dengan kemurahan rizki dariNya dan dengan pertolongan dariNya, insya Allah gw siap berusaha sampai akhir nafas. Wilayah perjuangan gw adalah kerja keras dan doa, soal sampai dititik mana gw harus terhenti dan berpindah ke rahmat disisiNya itu adalah hakNya yang ga perlu dan ga bisa diganggu-gugat.

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
أحمد فخرانى, جاكرتا الاندونيسى مولدا, القدسى والقاهرى نشأة, الأزهرى منهجا, الشافعى مذهبا, السنّى عقيدة, الصدّيقى سلسلة,الدرقاوى اسنادا, الشاذلى طريقة, النبوى وراثة, المحمدى خليفة, الرحمن عبدا, الرحيم رحمة.

Pages