Thursday, November 11, 2010

Malam 27 Ramadhan di Masjid Amru bin Ash

by Ahmad Fakhroni on Tuesday, April 21, 2009 at 7:21pm

Alhamdulillah, puji syukur kepadaMu ya Allah atas semua nikmat dan karuniaMu buatku, hambaMu yang hina penuh dosa dan maksiat. Engkau telah memberikan berjuta pintu kebaikan dalam perjalanan hidupku, hingga ku yakin sebesar apapun tindak tercelaku yang bisa mengundang murkaMu takkan mampu menutup pintu rahmatMu yang jauh lebih luas!!!!!

Shalawat dan salam, rindu dan cintaku untukmu ya Rasulallah.. aku bagian dari umatmu yang sangat mengharap syafa’atmu di hari akhir kelak. Aku bagian dari umatmu yang sedang berjuang mewarisi tongkat estafet perjuanganmu.. Bimbing aku ya Rasulallah.. jangan biarkan iblis dan para tentaranya menyesatkanku..

Ini pertama kali nulis di blog. Mungkin sekedar menuliskan kesan terindah di ramadhan yang akan segera berakhir ini yah.. Banyak hal yang bisa dimasukkan kategori “berkesan” di bulan suci tahun ini, cuma tetap ad satu yang paling indah.

Cairo, kota seribu menara, seakan ga pernah tidur di setiap malam bulan penuh keagungan ini. Apalagi di Al-’asyru al-awakhir , setiap masjid seakan berlomba mentahbiskan diri sebagai tempat paling tepat untuk persinggahan para malaikat pembawa rahmat, maghfiroh dan jaminan terbebas dari neraka dari Allah untuk hambaNya.

Ramadhan, awalnya penuh rahmat, pertengahannya penuh maghfiroh dan akan diakhiri dengan sangat indah, JAMINAN BEBAS NERAKA, serta yang teragung tentunya malam lailatul qodr, malam yang lebih mulia dari seribu bulan.

Ada berbagai pandangan ulama tentang kapan tepatnya malam lailatul qodr turun, namun tulisan ini bukan tempat yang tepat untuk membahas perbedaan pendapat para ulama yang mulia. Satu pendapat yang digandrungi dan diyakini banyak pihak adalah turunnya malam lailatul qodr pada malam 27 ramadhan.

Setidaknya itu yang dianut mayoritas ulama terkemuka bumi kinanah dan diikuti para penduduk negeri para nabi ini. so… bisa dipastikan di malam 27 ramadhan seluruh penghuni kota kairo (tentunya yang dekat dengan Ulama) semakin gencar berlomba-lomba meningkatkan kualitas ibadah, laki-laki maupun perempuan.

Masjid-masjid agung di kota kairo semakin padat. Sebutlah Masjid Jami’ Al-Azhar, mesjid kampusku tercinta, tempat talaqqinya fahri.. eh dalam tulisan ini fakhroni dink!! ;-) Masjid Sayyidina Husein RA (Mesjid Kenegaraan), Masjid Robi’ah Al-Adawiyah, Mesjid Ibnu Thoulun, Mesjid Madinah Bu’uts (Mesjid asramaku..) sampe Masjid tertua di negeri ini, Masjid Amru bin Ash (konon menurut sejarah, ketika umat islam berhasil menaklukkan mesir, Khalifah umar bin khottob RA mengutus sahabat amru bin ash sebagai gubernur mesir. Sang gubernurpun akhirnya mendirikan masjid yang dikenal dengan nama beliau sendiri).

Masjid yang ku sebut terakhir itulah yang setidaknya paling diminati kaum muslimin yang taat di negeri ini (jangan ngebayangin mesir sebagai negeri para sholihin aja, ingat sejarah mencatat sepak terjang para fir’aun di negeri ini, dan sayangnya para fir’aun itu meninggalkan banyak anak cucunya di kemudian hari-red).

Banyak faktor yang menarik jama’ah untuk hadir di masjid ini, dan yang paling utama tentunya faktor ingin beribadah dengan kualitas terbaik demi menggapai kemuliaan malam lailatul qodr. Hasil terbaik lahir lewat racikan ahlinya, dalam hal sholat berjamaah tentunya kualitas sholat banyak terwakili oleh sosok imam.

Umat Muslim sedunia tentu mengenal sosok Syekh Abdurrahman As-Sudais, Imam Masjidil Haram yang suaranya mampu membawa sukma para Khosi’in (orang-orang yang Khusyu’ sholatnya) terbang melayang menembus langit ketujuh, menghadap Ilahi robbi, menatap keagunganNya, lewat tadabbur ayat qur’aniyah yang mendalam tentunya.

Negeri mesir pun memiliki sosok syekh yang tak kalah dahsyatnya, Beliaulah Syekh Muhammad Jibril. Mendengar namanya saja anda bisa terbayang Rasulullah, Nabi kita Muhammad SAW yang menerima wahyu pertama lewat perantara jendral para malaikat di langit sana, Malaikat Jibril. Wuih… kebayang ga kharisma sang syekh yang digandrungi tidak saja oleh penduduk negeri mesir, namun juga para pencinta Tilawah Al-Qur’an (klo anda membaca Al-Qur’an dengan nada suara anda, itulah qiro’ah; namun bila anda membacanya sesuai tuntunan ilmu tajwid disertai perenungan yang dalam dan dihiasi lantunan nada khas seni bacaan Al-Qur’an para sholihin, itulah tilawah).

Ribuan orang (mungkin juga jutaan yang hadir malam itu) tenggelam dalam kekhusyukan merenungi ayat demi ayat yang dilantunkan Syekh Jibril di masjid Amru bin Ash malam itu. Tak jarang Syekh dan para jama’ah menahan isak tangis ketika berjumpa dengan ayat azab. Laki-laki dan perempuan semua tunduk syahdu dalam “buaian” ayat-ayat ilahi.

Anda mungkin bertanya bagaimana mungkin saya memikirkan hal ini, sementara saya dalam sholat, tidakkah ini menunjukkan ketidak khusyu’an saya?? jawabnya, malam itu saya dan 2 orang teman agak terlambat hadir disana. Untuk bisa hadir di shof pertama, mungkin anda harus berada disana, minimal ketika waktu dzuhur tiba, setelah ashar atau mahrib jangan harap anda akan melihat kubah masjid tertua itu, anda hanya akan menikmati sholat diatas karpet sepanjang jalan menuju masjid kira-kira 500 meter dari masjid!!!!

Dan malam itu, kami berangkat dari asrama setelah sholat isya !! @#@^$#&$%%Yups.. dengan akses kilat kami tiba disana sambil tercengang melihat lautan manusia yang hanyut dalam sholat!!! Terpana terbata dengan keadaan yang menyihir pandangan nurani.. sebelum akhirnya mendapatkan ide gila, menerobos para jama’ah menuju masjid. Lewat perjuangan yang cukup unik akhirnya kami berhasil memandang kubah masjid itu.

Wuih.. berjalan melewati barisan jama’ah wanita yang cantik-cantik (masih keturunannya cleopatra sih nih cwe-cwe mesir..) sambil mendengarkan lantunan ayat-ayat suci, membuat kami merasa telah menginjakkan kaki di syurga, berjalan diiringi para bidadari dengan irama suci khas penghuni syurga… Gubrakk!!! Ups.. maaf pak, ga sengaja (seolah bertabrakan dengan polisi mesir yang turut menjaga ketertiban sholat). Dan hayalan itupun hilang.. :-(

Beruntung akhirnya aku dapat tempat sholat, sementara dua temanku belum dapat kesempatan. Jadilah aku ikut sholat malam itu, walaupun cuma 2 raka’at, secara ga sadar aku meneteskan airmata dalam sholat itu. (untung cuma 2 raka’at, jadi cuma tetesan air mata, klo dapet taraweh lengkap, jgn-jgn aku nangis terisak-isak..)

Belum puas dengan posisi saat itu, kami kembali mencoba menerobos kedepan disela-sela taraweh dan witir, namun kenekatan kami membuat aku tak lagi mendapat tempat sholat, so… aku pun tertinggal 2 raka’at witir. Menjelang raka’at ganjil penutup witir, aku mendapat tempat, alhamdulillah ya robb.. akhirnya malam ini aku bisa turut merasakan indahnya ibadah dengan kualitas terbaik.

Hal paling berkesan malam itu adalah saat sang Imam membaca doa qunut. Anda bisa bayangkan, berada diantara lautan manusia yang paham arti doa-doa yang dibacakan, sambil sesekali terisak haru, selama 1 jam!! yah.. malam itu sang Imam betul-betul larut dalam doa selama 1 jam!! 1 jam hanya untuk doa qunut.. Aku menyadari hal ini ketika selesai sholat kulirik jam di HP-ku jam 11 malam, padahal raka’at ganjil penutup witir itu dimulai jam 10 kurang 15 menit!!!!

Itulah… ketika seorang hamba betul-betul khusyu’ berada dihadapan Sang Pencipta, dengan ihsan (engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya, klopun engkau tak melihatNya, yakinilah Dia sedang melihatmu). maka 1 jam takkan terasa, apalagi selama 1 jam itu kita sedang “merengek” meminta-minta dengan penuh harap…

Subhanakallahumma… Aku ini memang hambaMu yang dhoif.. ingin sekali rasanya aku selevel dengan Syekh Jibril, menghadap Allah dalam ibadah dengan penuh ihsan.. namun ku sadar, usia-ku yang baru 22 tahun ini belum siap mencapai derajat ruhiyah selevel beliau. Bismillah, aku mohon padaMu ya Allah… anugerahkan aku level itu disaat aku telah siap.. ya Robbal ‘Alamin..

Malam terindah itu masih tak rela menutup kesan sangat bahagia dihatiku, dalam perjalanan pulang kami melintasi masjid Al-Azhar dan Masjid Sayyidina Husain RA (kedua masjid ini saling berhadapan), malam itu, ribuan orang seolah tak berkenan melewatkan malam tanpa ibadah dalam kualitas terbaik. Mereka tetap terjaga demi menjalankan qiyamullail malam itu. Subhanallah.. sekali lagi aku mengerti siapa aku sesungguhnya.. aku tak lain hanyalah sebagian kecil hambaNya yang paling lemah dalam beribadah, diantara hamba-hamba yang sangat mencintaiNya dan penuh harap khusyu’ dalam pengabdian tulus kepadaNya..

Malam itu aku sangat menyadari kelemahanku, kekhilafanku, kenaifanku dan betapa kerdilnya aku di dalam kerajaanNya. (dipindahkan dari fs 2008)
bersama mahasiswa asal palestina, di mesjid amru bin ash

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
أحمد فخرانى, جاكرتا الاندونيسى مولدا, القدسى والقاهرى نشأة, الأزهرى منهجا, الشافعى مذهبا, السنّى عقيدة, الصدّيقى سلسلة,الدرقاوى اسنادا, الشاذلى طريقة, النبوى وراثة, المحمدى خليفة, الرحمن عبدا, الرحيم رحمة.

Pages