Thursday, November 11, 2010

Sebuah catatan kecil

by Ahmad Fakhroni on Saturday, March 13, 2010 at 2:14am

Kamis, 05 Juni 2008

Malam jum'at di musim panas ini terasa begitu berbeda. Sejak menjelang maghrib tadi, entah siapa yang sedang berbincang-bincang dengan intuisi gw ini. Hal yang menjadi renungan adalah daya nalar ilmiah dan kematangan intelektual.

Jenjang pendidikan akademis yang dilalui seseorang sesungguhnya adalah tahapan yang harus dilalui untuk mencapai nalar ilmiah yang baik dan benar serta kematangan intelejensia.

Namun, semua yang bisa dicapai lewat proses tersebut sesungguhnya hanyalah sebatas dzonni semata. Bukan merupakan sebuah hakikat nyata yang tidak bisa dibantah ataupun digoyahkan dengan teori-teori ilmiah yang berbeda.

Ketika seseorang, dengan daya nalar ilmiah yang baik dan benar serta memiliki kadar intelejensia yang cukup mumpuni memasuki sebuah perjalanan menuju hakikat kebenaran sejati, dia akan mendapati sebagian –atau mungkin seluruh- penalaran yang dia miliki hanyalah imajinasi pemikirannya yang semu belaka.

Seorang yang telah berdiri di depan gerbang hakikat lalu masuk ke dalamnya melalui jalur yang pernah diajarkan oleh Sang Mahaguru spiritual umat ini, niscaya mendapati bahwa semua teori dan ilmu pengetahuan yang berhasil dicapai manusia, tidak lebih dari setitik air di tengah samudera pengetahuan milik Sang Pencipta.

Ternyata, secara ga sadar gw pernah berdiri pada titik itu. Titik dimana tak ada lagi batas antara gw dan kerajaan Allah. Sayangnya, ketika berada di titik itu, daya nalar ilmiah gw belum baik dan benar, kapasitas intelejensia gw ga cukup bagus untuk menyerap hakikat ilmu itu. Sebenarnya hal itu ga akan jadi masalah klo aja ketika sampai dititik itu gw ga terombang-ambing. Klo aja ketika sampai di titik itu gw berada dibawah bimbingan guru yang telah menyerap tuntas bimbingan sang mahaguru.

Yah.. langkah yang gw ambil saat itu udah benar. Gw memutuskan untuk kembali ke alam kesadaran ilmiah. Alam budaya berpikir manusiawi, meskipun kemudian keadaan gw di alam nasuut ini ga lebih baik, dalam arti : dalam usia belia dan miskin ilmu serta fakir pengetahuan ini, gw tetap terombang-ambing.

Dan sosok muda yang tergambar ketika gw masuk mohon bimbingan sang guru, sambil membawa obor dan berteriak keras, "ini untuk yang masih cinta dunia", setelah gw pikir, dia tak lain adalah bagian termurni dari jiwa gw, yang berusaha berkata pada jiwa hitamnya, bahwa dunia tak ada artinya didalam samudera kekayaanNya. Klo gw masuk menghadap sang guru untuk dibimbing menuju hakikatNya sementara hati gw masih penuh dengan kecintaan terhadap duniawi, materi dan sebagainya, maka kobaran apilah tempat yang paling tepat buat gw.

Sekali lagi (walhamdulillah ) langkah yang gw pilih untuk mensucikan jiwa di padang hijau tempat gw mendengar khutbah jum'at tidak dalam bahasa ibu, adalah sebuah langkah yang tepat. Sebuah pilihan yang tentu saja tidak pernah lepas dari hidayahNya. Inikah makna " اجتباه ربه فجعله من الصالحين " ?? Kuserahkan semua takdir hidup matiku hanya padaMu ya Robb.

Dan kini (walhamdulillah tsummalhamdulillah) gw udah berada di tempat yang tepat untuk mulai membangun semua hal yang perlu dimiliki sebelum menempuh kembali perjalanan menuju kerajaanNya. Dibawah payung Al-Azhar As-Syarif inilah gw mulai membangun kemantapan aqidah, keluhuran akhlak, kedalaman spiritual, kematangan intelektual, daya nalar ilmiah yang baik dan benar, dan kehidupan duniawi ukhrawi yang penuh kebahagiaan dan kemuliaan. Dibawah naungan lembaga islam tertua dan terbesar inilah gw berjuang. Semuanya adalah demi mempersiapkan diri menuju perjalanan ruhani. Perjalanan gw menempuh hakikat diciptakannya diri gw, sebagai bagian dari keluargaNya, Insya Allah birahmatihi wattaufiq wal fadhilah..

Di sini, di Al-Azhar ini gw menjalani kehidupan untuk meraih semua bekal. Klo Dia mengizinkan maka gw akan terus berusaha mencapai taraf kemapanan intelektual tertinggi di Universitas ini. Dengan kemurahan rizki dariNya dan dengan pertolongan dariNya, insya Allah gw siap berusaha sampai akhir nafas. Wilayah perjuangan gw adalah kerja keras dan doa, soal sampai dititik mana gw harus terhenti dan berpindah ke rahmat disisiNya itu adalah hakNya yang ga perlu dan ga bisa diganggu-gugat.

Hikmah Fajar


“Rohatil Athyaru Tasydu bilayalil maulidi wa bariqunnuri yabdu min ma’ani ahmadi..”

            Fajar subuh belum lagi hilang dari langit kairo, saat ku duduk termenung di depan komputer sambil menikmati senandung pujian kepada Rasulullah SAW. Seketika hadir bayangan tradisi peringatan muludan di daerah tercinta, Jakarta.

            Sekumpulan orang berbaju serba putih duduk melingkar, dipimpin seorang  kiyai ditengah-tengah mereka, membawakan syair-syair cinta penuh kerinduan kepada Sang Rasul. Sebagian orang turut serta membacakan sholawat, sementara sebagian lainnya larut dalam syahdunya nada-nada beraroma magis.

            Mereka yang hadir mungkin berasal dari berbagai golongan, dengan beragam latar belakang sosial, pendidikan dan tingkat ekonomi serta tak menutup kemungkinan berasal dari agama lain, yang secara naluriah ikut terbawa dalam suasana penuh cinta dan kerinduan, dalam indahnya kedamaian.

            Acara dilanjutkan dengan ceramah agama, biasanya bertema kemuliaan Rasulullah dan tentunya ajakan untuk meneladani Beliau dalam segala aspek kehidupan. Diakhir acara tak jarang disediakan nampan-nampan berisi nasi kebuli atau menu-menu khas betawi lainnya. Dan biasanya di sesi inilah para hadirin tampak gembira, bercanda ria satu sama lain, sejenak melupakan semua beban hidup.

            Ada banyak hal yang bisa kita petik hikmahnya dari sebuah peringatan kelahiran Rasulullah SAW ala tradisi betawi ini. Sebutlah, yang pertama adalah pentingnya memupuk rasa cinta dan rindu dalam hati kita terhadap Rasulullah SAW. Seorang penyair arab berkata begini, “Hubbunnabiyyi falah, wal ‘ilmu khoirussilah, fihi huda wannajah, fuzna bihubbinnabiyyi, wal ‘ali ahlissholah” (Cinta kepada Rasulullah adalah sebuah kemenangan, dan ilmu adalah sebaik-baiknya senjata, didalamnya terdapat petunjuk dan kemenangan, kita menjadi pemenang dengan rasa cinta kepada Rasul, dan sungguh tinggi derajat orang yang memelihara sholat.)

            Ditengah himpitan hidup di kota besar, dengan berbagai tuntutan ekonomi dan beragam konflik kepentingan serta tarik-menarik antar pandangan politik, suasana muludan bagaikan sebuah oase di tengah gurun pasir di puncak musim panas. Hanya damai yang terasa dalam jiwa dan nurani yang kembali hidup mendengarkan syair-syair kerinduan penuh cinta kepada Rasulullah.

            Wajarlah kiranya sang penyair arab melukiskan kedamaian yang menyelimuti malam kelahiran Baginda ditingkahi kicauan burung nan merdu menyambut datangnya sinar mentari pagi yang bersiap menyinari bumi (seperti yang kurasakan di pagi ini).

            Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang penuh rindu dan cinta kepada Baginda Rasulullah SAW. Amin ya Robb

Ahmad Fakhroni
Tholib Azhary

in Memory with Syekh Thontowi, Former Grand Syekh Azhar


Jum'at, 06-Juni-2008

            Hari libur untuk melepas semua penat ini betul-betul berharga, coz libur ini ga sekedar libur, tapi diisi pengajian tafsir yang diasuh langsung oleh grand syekh azhar Prof. DR Sayyid Muhammad Thontowi. Kitab tafsir yang dikaji pun karangan beliau sendiri. Suatu keutamaan dalam menuntut ilmu, mengkaji kitab dibimbing sang penulis.

            Dan hari ini, bukan kajian tafsir yang beliau sampaikan, tapi respons terhadap pertanyaan salah seorang jama'ah, tentang kehadiran beliau kemarin di mu'tamar robithoh alam islam. Beliau menjelaskan cukup rinci apa itu hiwar di dalam mu'tamar tersebut, dengan mengutarakan contoh perbedaan pendapat antara imam malik dan imam hanafi serta pandangan imam syafi'i tentang sholat sunnah ketika khutbah jum'at sedang berlangsung. Materi ini cukup penting. Dan gw memilih mazhab syafi'i yang membolehkan sholat sunnah ketika khutbah.

            Disela-sela pembicaraan, beliau kerap kali menukil ayat. Salah satu yang beliau nukil adalah  واذا قرئ القرآن فاستمعوا له وانصتوا لعلكم ترحمون  . Beliau menuturkan dengan mendengarkan bacaan Al-Qur'an mungkin Allah akan membukakan pintu rahmat bagi yang mendengarkan.

            "Saya yang sudah lebih dari 50 tahun ini hafal Qur'an ketika mendengar suatu ayat saya pernah berpikir seolah-olah saya belum pernah mendengar ayat ini, padahal dalam kajian tafsir mungkin sudah ratusan kali ayat ini saya bahas, namun demikianlah mu'jizat Al-Qur'an", kalimat ini terucap ketika beliau menjelaskan lebih rinci tentang fadhilah bagi orang yang mendengarkan bacaan Qur'an.

            Beliau sedikit bercerita tentang seorang pejabat setingkat menteri atau lebih tinggi yang kebetulan duduk disamping beliau dalam suatu acara. Pejabat itu menanyakan makna suatu ayat. Untuk menjelaskan ayat tersebut, syekh akbar ini perlu merujuk kembali runtutan ayat sehingga bisa lebih mendalamlah pemahaman akan kandungan ayat.

            Dan dalam renungan disela-sela mendengarkan pembicaraan beliau, gw kembali sadar tentang perjalanan yang selama ini gw tempuh. Al-Qur'anlah sesungguhnya titik awal perjalanan ini. Dan menghafal, mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai Qur'an adalah sebuah jalur perjalanan. Sementara tujuannya adalah mendapat ridho Allah dengan menjadi bagian dari keluargaNya.

            Bismillah, aku telah memulai perjalanan ini, bantu aku ya Allah untuk istiqomah dan sabar, padaMu ku mohon rahmat dan fadhilahMu untuk keberhasilan perjalanan ini. PadaMu ke berserah diri, hidupku dan matiku hanya untukMu.

اللهم اجعلنى من اهل القرآن الذين هم اهلك وخاصتك

Malam 27 Ramadhan di Masjid Amru bin Ash

by Ahmad Fakhroni on Tuesday, April 21, 2009 at 7:21pm

Alhamdulillah, puji syukur kepadaMu ya Allah atas semua nikmat dan karuniaMu buatku, hambaMu yang hina penuh dosa dan maksiat. Engkau telah memberikan berjuta pintu kebaikan dalam perjalanan hidupku, hingga ku yakin sebesar apapun tindak tercelaku yang bisa mengundang murkaMu takkan mampu menutup pintu rahmatMu yang jauh lebih luas!!!!!

Shalawat dan salam, rindu dan cintaku untukmu ya Rasulallah.. aku bagian dari umatmu yang sangat mengharap syafa’atmu di hari akhir kelak. Aku bagian dari umatmu yang sedang berjuang mewarisi tongkat estafet perjuanganmu.. Bimbing aku ya Rasulallah.. jangan biarkan iblis dan para tentaranya menyesatkanku..

Ini pertama kali nulis di blog. Mungkin sekedar menuliskan kesan terindah di ramadhan yang akan segera berakhir ini yah.. Banyak hal yang bisa dimasukkan kategori “berkesan” di bulan suci tahun ini, cuma tetap ad satu yang paling indah.

Cairo, kota seribu menara, seakan ga pernah tidur di setiap malam bulan penuh keagungan ini. Apalagi di Al-’asyru al-awakhir , setiap masjid seakan berlomba mentahbiskan diri sebagai tempat paling tepat untuk persinggahan para malaikat pembawa rahmat, maghfiroh dan jaminan terbebas dari neraka dari Allah untuk hambaNya.

Ramadhan, awalnya penuh rahmat, pertengahannya penuh maghfiroh dan akan diakhiri dengan sangat indah, JAMINAN BEBAS NERAKA, serta yang teragung tentunya malam lailatul qodr, malam yang lebih mulia dari seribu bulan.

Ada berbagai pandangan ulama tentang kapan tepatnya malam lailatul qodr turun, namun tulisan ini bukan tempat yang tepat untuk membahas perbedaan pendapat para ulama yang mulia. Satu pendapat yang digandrungi dan diyakini banyak pihak adalah turunnya malam lailatul qodr pada malam 27 ramadhan.

Setidaknya itu yang dianut mayoritas ulama terkemuka bumi kinanah dan diikuti para penduduk negeri para nabi ini. so… bisa dipastikan di malam 27 ramadhan seluruh penghuni kota kairo (tentunya yang dekat dengan Ulama) semakin gencar berlomba-lomba meningkatkan kualitas ibadah, laki-laki maupun perempuan.

Masjid-masjid agung di kota kairo semakin padat. Sebutlah Masjid Jami’ Al-Azhar, mesjid kampusku tercinta, tempat talaqqinya fahri.. eh dalam tulisan ini fakhroni dink!! ;-) Masjid Sayyidina Husein RA (Mesjid Kenegaraan), Masjid Robi’ah Al-Adawiyah, Mesjid Ibnu Thoulun, Mesjid Madinah Bu’uts (Mesjid asramaku..) sampe Masjid tertua di negeri ini, Masjid Amru bin Ash (konon menurut sejarah, ketika umat islam berhasil menaklukkan mesir, Khalifah umar bin khottob RA mengutus sahabat amru bin ash sebagai gubernur mesir. Sang gubernurpun akhirnya mendirikan masjid yang dikenal dengan nama beliau sendiri).

Masjid yang ku sebut terakhir itulah yang setidaknya paling diminati kaum muslimin yang taat di negeri ini (jangan ngebayangin mesir sebagai negeri para sholihin aja, ingat sejarah mencatat sepak terjang para fir’aun di negeri ini, dan sayangnya para fir’aun itu meninggalkan banyak anak cucunya di kemudian hari-red).

Banyak faktor yang menarik jama’ah untuk hadir di masjid ini, dan yang paling utama tentunya faktor ingin beribadah dengan kualitas terbaik demi menggapai kemuliaan malam lailatul qodr. Hasil terbaik lahir lewat racikan ahlinya, dalam hal sholat berjamaah tentunya kualitas sholat banyak terwakili oleh sosok imam.

Umat Muslim sedunia tentu mengenal sosok Syekh Abdurrahman As-Sudais, Imam Masjidil Haram yang suaranya mampu membawa sukma para Khosi’in (orang-orang yang Khusyu’ sholatnya) terbang melayang menembus langit ketujuh, menghadap Ilahi robbi, menatap keagunganNya, lewat tadabbur ayat qur’aniyah yang mendalam tentunya.

Negeri mesir pun memiliki sosok syekh yang tak kalah dahsyatnya, Beliaulah Syekh Muhammad Jibril. Mendengar namanya saja anda bisa terbayang Rasulullah, Nabi kita Muhammad SAW yang menerima wahyu pertama lewat perantara jendral para malaikat di langit sana, Malaikat Jibril. Wuih… kebayang ga kharisma sang syekh yang digandrungi tidak saja oleh penduduk negeri mesir, namun juga para pencinta Tilawah Al-Qur’an (klo anda membaca Al-Qur’an dengan nada suara anda, itulah qiro’ah; namun bila anda membacanya sesuai tuntunan ilmu tajwid disertai perenungan yang dalam dan dihiasi lantunan nada khas seni bacaan Al-Qur’an para sholihin, itulah tilawah).

Ribuan orang (mungkin juga jutaan yang hadir malam itu) tenggelam dalam kekhusyukan merenungi ayat demi ayat yang dilantunkan Syekh Jibril di masjid Amru bin Ash malam itu. Tak jarang Syekh dan para jama’ah menahan isak tangis ketika berjumpa dengan ayat azab. Laki-laki dan perempuan semua tunduk syahdu dalam “buaian” ayat-ayat ilahi.

Anda mungkin bertanya bagaimana mungkin saya memikirkan hal ini, sementara saya dalam sholat, tidakkah ini menunjukkan ketidak khusyu’an saya?? jawabnya, malam itu saya dan 2 orang teman agak terlambat hadir disana. Untuk bisa hadir di shof pertama, mungkin anda harus berada disana, minimal ketika waktu dzuhur tiba, setelah ashar atau mahrib jangan harap anda akan melihat kubah masjid tertua itu, anda hanya akan menikmati sholat diatas karpet sepanjang jalan menuju masjid kira-kira 500 meter dari masjid!!!!

Dan malam itu, kami berangkat dari asrama setelah sholat isya !! @#@^$#&$%%Yups.. dengan akses kilat kami tiba disana sambil tercengang melihat lautan manusia yang hanyut dalam sholat!!! Terpana terbata dengan keadaan yang menyihir pandangan nurani.. sebelum akhirnya mendapatkan ide gila, menerobos para jama’ah menuju masjid. Lewat perjuangan yang cukup unik akhirnya kami berhasil memandang kubah masjid itu.

Wuih.. berjalan melewati barisan jama’ah wanita yang cantik-cantik (masih keturunannya cleopatra sih nih cwe-cwe mesir..) sambil mendengarkan lantunan ayat-ayat suci, membuat kami merasa telah menginjakkan kaki di syurga, berjalan diiringi para bidadari dengan irama suci khas penghuni syurga… Gubrakk!!! Ups.. maaf pak, ga sengaja (seolah bertabrakan dengan polisi mesir yang turut menjaga ketertiban sholat). Dan hayalan itupun hilang.. :-(

Beruntung akhirnya aku dapat tempat sholat, sementara dua temanku belum dapat kesempatan. Jadilah aku ikut sholat malam itu, walaupun cuma 2 raka’at, secara ga sadar aku meneteskan airmata dalam sholat itu. (untung cuma 2 raka’at, jadi cuma tetesan air mata, klo dapet taraweh lengkap, jgn-jgn aku nangis terisak-isak..)

Belum puas dengan posisi saat itu, kami kembali mencoba menerobos kedepan disela-sela taraweh dan witir, namun kenekatan kami membuat aku tak lagi mendapat tempat sholat, so… aku pun tertinggal 2 raka’at witir. Menjelang raka’at ganjil penutup witir, aku mendapat tempat, alhamdulillah ya robb.. akhirnya malam ini aku bisa turut merasakan indahnya ibadah dengan kualitas terbaik.

Hal paling berkesan malam itu adalah saat sang Imam membaca doa qunut. Anda bisa bayangkan, berada diantara lautan manusia yang paham arti doa-doa yang dibacakan, sambil sesekali terisak haru, selama 1 jam!! yah.. malam itu sang Imam betul-betul larut dalam doa selama 1 jam!! 1 jam hanya untuk doa qunut.. Aku menyadari hal ini ketika selesai sholat kulirik jam di HP-ku jam 11 malam, padahal raka’at ganjil penutup witir itu dimulai jam 10 kurang 15 menit!!!!

Itulah… ketika seorang hamba betul-betul khusyu’ berada dihadapan Sang Pencipta, dengan ihsan (engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya, klopun engkau tak melihatNya, yakinilah Dia sedang melihatmu). maka 1 jam takkan terasa, apalagi selama 1 jam itu kita sedang “merengek” meminta-minta dengan penuh harap…

Subhanakallahumma… Aku ini memang hambaMu yang dhoif.. ingin sekali rasanya aku selevel dengan Syekh Jibril, menghadap Allah dalam ibadah dengan penuh ihsan.. namun ku sadar, usia-ku yang baru 22 tahun ini belum siap mencapai derajat ruhiyah selevel beliau. Bismillah, aku mohon padaMu ya Allah… anugerahkan aku level itu disaat aku telah siap.. ya Robbal ‘Alamin..

Malam terindah itu masih tak rela menutup kesan sangat bahagia dihatiku, dalam perjalanan pulang kami melintasi masjid Al-Azhar dan Masjid Sayyidina Husain RA (kedua masjid ini saling berhadapan), malam itu, ribuan orang seolah tak berkenan melewatkan malam tanpa ibadah dalam kualitas terbaik. Mereka tetap terjaga demi menjalankan qiyamullail malam itu. Subhanallah.. sekali lagi aku mengerti siapa aku sesungguhnya.. aku tak lain hanyalah sebagian kecil hambaNya yang paling lemah dalam beribadah, diantara hamba-hamba yang sangat mencintaiNya dan penuh harap khusyu’ dalam pengabdian tulus kepadaNya..

Malam itu aku sangat menyadari kelemahanku, kekhilafanku, kenaifanku dan betapa kerdilnya aku di dalam kerajaanNya. (dipindahkan dari fs 2008)
bersama mahasiswa asal palestina, di mesjid amru bin ash

Wednesday, November 10, 2010

Energi Minimalis

by Ahmad Fakhroni on Tuesday, April 21, 2009 at 7:28pm


Hari Sumpah Pemuda 28 oktober lalu diperingati banyak kalangan muda indonesia. Beragam cara dilakukan untuk mengenang kembali semangat kebangkitan nasional yang dipelopori kaum muda tersebut. Tak ketinggalan para Mahasiswa dan Pemuda Indonesia di luar negeri. Sebuah acara akbar yang dihadiri utusan persatuan pelajar indonesia dari beberapa negara diselenggarakan di Belanda.

Dan disini, ku hanya duduk termenung, mencoba meresapi hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa 80 tahun yang lalu itu. Sebuah energi positif kaum muda yang tak terbendung mampu menorehkan tinta emas sejarah perjuangan bangsaku!!!

Jiwa muda, jiwa yang sedang tumbuh berkembang dan penuh kepekaan serta kepedulian terhadap lingkungannya, masyarakatnya, bangsa dan negaranya bahkan kepada dunia luas!! Jiwa pembelajar penuh energi, agent of change, penggerak kemajuan dalam berbagai dimensi kehidupan.

Itu yang ku dapat dalam pelayaran bersama bahtera logika yang ku miliki ketika mengarungi lautan hikmah sejarah. Setiap bangsa didunia ini pasti mencatat bahwa apapun bentuk kemajuan dan perkembangan yang dialami, para pemuda pastilah berada di poros terdepan perubahan itu!!

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, peristiwa sumpah pemudalah saksi besar sejarah. Kebulatan tekad dan keteguhan hati para pemuda untuk menyatakan kesatuan bangsa, tanah air dan bahasa telah berhasil menggerakkan sebuah perubahan dengan hasil gemilang, KEMERDEKAAN!!

Di negeri kincir angin sana, puluhan tahun lalu para pemuda dan kaum terpelajar boemi poetra bersatu mencurahkan segenap kekuatan untuk membangun negeri tercinta. Dan dari sanalah nama Indonesia terucap mengharu biru. Sebutlah Bung Hatta, tokoh idola banyak pemuda kita, yang diidolakan karena kejeniusan dan tentunya kebersihan sikap dan prilaku politiknya yang telah turut serta menghantarkan nusantara menuju gerbang kemerdekaan!!

Kita sepakat bahwa ketika memproklamasikan kemerdekaan indonesia, Bung Karno tidaklah lagi muda, tapi kita pasti setuju bahwa tanpa semangat darah muda yang mengalir dalam diri sang proklamator itu dan (pastinya) keberanian bertindak khas kaum muda, alur sejarah negeri tercinta ini pastilah berbeda.

Disini sekali lagi ku duduk termenung, merangkai dan menata butiran hikmah perjuangan yang ku dapat dalam penggalian mutiara terpendam yang kelak akan ku kalungkan pada Ibuku, Indonesia.

Dengan indahnya Al-Qur’an bercerita tentang sosok-sosok muda pembawa pencerahan bagi umat manusia terdahulu. Tujuh orang pemuda berhati baja, berkeyakinan sempurna dan teguh dengan akhlak luhur telah menjadi sorotan sejarah perjuangan menyatakan keyakinan akan keesaan Tuhan dan kebangkitan di hari akhir.

Sekali lagi, darah muda mencatatkan harumnya dengan tindak terpuji sepanjang masa, membelah bentangan jarak dan waktu, melintasi generasi demi generasi pembawa pembaharuan, dan menyatakan keistimewaannya meski dihadapkan pada resiko kematian. Tujuh pemuda penghuni gua yang tertidur ratusan tahun dan terbangun kembali untuk menyaksikan perubahan yang terjadi dalam sistem kepercayaan kaumnya!!!

Aku belajar dan menarik kesimpulan, apakah sesungguhnya energi yang mendorong jiwa muda untuk mampu mendobrak keadaan, membawa pencerahan dan mewujudkan kebaikan bagi semua generasi??? Dan disinilah kutemukan jawabnya :

Sebuah kemajuan pastilah meletakkan pijakannya pada tiga asas utama : Moral, Intelektual dan Spiritual. Tanpa ketiga hal tersebut pastilah sebuah perubahan takkan mengarah menuju kemajuan tetapi kemunduran.

Kekuatan utama terletak pada Moral. Setiap bangsa yang beradab pastilah menempatkan moral dan etika sebagai tolak ukur utama kemajuan yang berhasil dicapainya. Karena dengan moral dan etikalah manusia mencapai ketinggian derajatnya sebagai manusia. Kita mungkin bisa bertanya apakah dengan moral kita bisa mencapai kemakmuran ekonomi?? apakah dengan etika kita bisa mengembangkan ilmu pengetahuan?? tapi pasti kita sepakat bahwa tanpa moral dan etika kita takkan pernah bisa hidup bahagia dan mulia!!!

Sejarah menyebut kemajuan yang berhasil dicapai umat manusia, mulai bangsa yunani di barat, romawi, persia, mesir kuno sampai bangsa cina di timur jauh, dengan satu istilah PERADABAN.

Peradaban adalah wujud terhalus dari kebudayaan manusia. Budaya adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Dan moral adalah unsur terpenting dalam membentuk budaya. Karena segala tindak tanduk manusia selalu kembali kepada dirinya dan lingkungannya maka manusia membutuhkan suatu aturan untuk menata sikap dan prilakunya, dan itulah etika!!

Kebangkitan yang digerakkan kaum muda selalu didahului dengan kesadaran moral yang tinggi dikalangan pemuda. Tanpa moralitas yang baik, kaum muda hanya akan menyalurkan energinya pada hal-hal negatif.

Yang kedua adalah intelektual. Tanpa terbantahkan, intelejensi yang terkristalkan dalam ilmu pengetahuan telah menunjukkan kekuatan paling dahsyat yang pernah dikenal umat manusia. Sebuah energi terbesar yang pernah ada dan bahkan berani menantang kuasa Tuhan. Logika sebagai pusat kesadaran intelejensi bersama Ilmu pengetahuan sebagai kendaraannya telah memberikan hadiah terindah bagi peradaban manusia berupa kecanggihan tekhnologi dan berbagai penemuan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup.

Kebangkitan nasional indonesia dimotori oleh kaum cerdik cendikia muda yang bermoral. Sungguh ngeri membayangkan suatu gerakan yang dilakukan kaum intelek tak bermoral!! Karena tanpa moral, kekuatan intelektual hanya akan menjadi senjata pemusnah baru bagi kehidupan. Dan tanpa intelektual, moralitas hanya akan bersembunyi di relung hati terdalam manusia!!

Padanan serasi moral-intelektual tampaknya paling menjanjikan perubahan positif untuk semua orang. Karena semua hal yang dibutuhkan untuk membangun kehidupan yang penuh kebahagiaan dan kemuliaan mampu terpenuhi dengan dua asas utama tersebut. Tetapi pernahkah terdengar oleh nurani anda, jeritan moral-intelektual yang terombang-ambing di dalam ruang tak bertepi tak berujung batas bernama kehidupan ini?? Pernahkah mendengar pernyataan jujur moral-intelektual tentang keletihan dan keresahan mereka?? letih karena semakin hari manusia semakin dipenuhi tuntutan perubahan baru, letih karena sifat tidak puas manusia yang selalu ingin lebih dan lebih… serta resah mencari, hendak kemanakah semua ini menuju??

Tidak!! Moral-Intelektual tidaklah cukup untuk berdiri tegak, pantang menyerah tak mau mengalah demi menopang kehidupan manusia. Karena moralitas itu kaku dan intelektualitas itu semu!! Sedangkan hidup ini bagaikan setetes air yang turun dari langit lalu bercampur dengan tetumbuhan dan dedaunan, kemudian mengering dan hilang terbawa hembusan angin… Kehidupan ini mengalir bagaikan riak air sungai, terbawa aliran menuju lautan tak bertepi. Apalah arti moralitas dan intelektualitas jika hanya akan terhanyut pasrah mengikuti siklus kehidupan untuk kemudian hilang tak berbekas…

Ada sebuah kekuatan untuk mengarahkan dua kekuatan menuju kedamaian sejati, tempat berteduh dan bermuara seluruh aliran kehidupan dan bahkan kematian!! karena sesungguhnya, bukan hanya kehidupan yang mengalir, kematian pun sesungguhnya hanyalah sebuah gerbang menuju aliran lain dalam kehidupan!!

Kekuatan itu adalah Spiritual. Sebuah kekuatan diluar manusia, kekuatan Tuhan, yang karena kemurahan hatiNya kekuatan itu diberikan kepada makhluk yang membutuhkan dan menginginkannya. Spiritualitas, kekuatan Tuhan dalam diri manusia yang terkadang bisa membuat manusia berpikir dirinyalah Sang Pencipta itu!!!

Khazanah penyimpan mutiara itu telah ku temukan, namun tampaknya membutuhkan waktu seluruh hidupku ini untuk menyelaminya dan merangkai, menata serta menikmati keindahannya. Beruntunglah aku yang masih dialiri darah, semangat dan vitalitas pemuda. Karena tanpa energi muda, rasanya aku ingin orang lain saja yang merangkai keindahan mutiara itu untuk kemudian ku nikmati.. Dan lebih beruntung lagi karena bumi tempatku berpijak ini, telah melahirkan sosok-sosok penggenggam kemilau cahaya moral-intelektual-spiritual yang berhasil menebarkan pesona keindahan dalam sejarah umat manusia. Bumi para Nabi!!

Subhanallah.. Wal hamdulillah… Wa lailaha illallah.. Allahu Akbar!!!

Kini, aku ingin berbagi kepada semua jiwa muda yang sedang tumbuh dimanapun ia berada. Aku ingin mengajak jiwa muda untuk terus semangat dan berani dalam menempuh perjuangan di ruang kehidupan. Aku ingin meyakinkan jiwa muda, bahwa untuk mewujudkan kebahagiaan dan kemuliaan hidup di masa mendatang, tidak hanya bagi kita namun juga bagi semua orang yang kita cintai adalah dengan kekuatan moral-intelektual-spiritual!!

Untukmu dunia tempat kami berpijak, nantikan perubahan demi perubahan yang kan kami gerakkkan!! jadilah saksi bagi setiap langkah pencerahan yang kami lakukan!! hingga kelak kau akan bersaksi di hadapan Sang Pencipta bahwa kami Generasi Muda telah turut serta memakmurkanmu, sesuai amanatNya, KHALIFATULLAH FIL ARDH. (Agen Tuhan dalam memakmurkan bumi).

Untukmu ibu pertiwi, anak-anak kandungmu kan kembali ke tanah mereka dilahirkan, kelak, membawa angin segar untuk menyuburkan dan memeliharamu sampai akhir masa. Untukmu ibu, dari anakmu di rantau jauh!!

Fakhroni

(dipindahkah dari fs 2008)

About Me

My photo
أحمد فخرانى, جاكرتا الاندونيسى مولدا, القدسى والقاهرى نشأة, الأزهرى منهجا, الشافعى مذهبا, السنّى عقيدة, الصدّيقى سلسلة,الدرقاوى اسنادا, الشاذلى طريقة, النبوى وراثة, المحمدى خليفة, الرحمن عبدا, الرحيم رحمة.

Pages